Selasa, 27 Mei 2008

Apa Daya sebagai Perempuan

Pagi yang cerah dengan udara yang dingin menusuk kulit bukan menjadi suatu penghalang bagi Syerrell. Dia masih saja sibuk dengan laptopnya. Menyelesaikan document untuk materi seminar minggu depan, dan tugas yang menumpuk dari dosen. Tumpukan kertas-kertas yang belum sempat ia bereskan,dan empat buah botol soft drink di meja kerjanya menambah suasana tampak berantakan. Itulah kesibukan Syerrell semalam suntuk. Ia harus melembur sebagai hadiah cuti yang diambilnya selama tiga bulan karena Study Banding di Mellbourne. Ia terkenal sebagai seorang aktifis muda di kampusnya. Maka tidak mengherankan bila ia kerap kali mengambil cuti untuk kegiatan-kegiatan sosial, promosi, dan edukasi di kampusnya. Raut wajah yang tampak letih karena semalaman melembur tak mematahkan langkahnya menuju kampus biru. Sesampainya di kampus, tampak seorang dosen tercintanya tengah menunggunya di koridor perpustakaan.
“ Bagaimana dengan cuti kamu, Sey “
“ Menyenangkan sekali Bu. Disana saya mendapatkan apa yang belum pernah saya peroleh di Kampus biru ini.”
“ Buat Ibu, ada tidak? Kamu tentunya masih ingat kan tentang janji kamu kepada Ibu?
“ Tentu saja. Baru saja saya kirim email buat Ibu. Silahkan Ibu baca sendiri dan tinggal bilang saja Bu sama saya kalau ada yang kurang.”
“ Bisa saja kamu. Baru saja di Mellbourne sudah banyak tingkah. Gimana nanti kalau kamu dikirim ke London?”
Syerrel hanya diam terpaku dengan senyum seadanya. Tak mengerti apa yang tengah dosennya katakan. Seolah-olah canda dosennya telah mematikan kata di bibirnya. Sehingga ia tak mampu untuk membalas ocehan dosennya.
“ Kalau disana kamu ada masalah, jangan ragu buat cerita sama Ibu. Ibu pasti bantu kamu.”
Syerrel hanya tersenyum. Dan kemudian mencium tangan dosennya lalu pergi menuju ruang debat yang diagendakan hari ini akan datang sejumlah aktifis dari Trisakti.
“ Hai Syerrel !!! kok tampak kurusan? Ayo di Mellbourne mikirin apa?
Kebanyakan materi buat Studi banding, atau mikirin kangen kamu ama Syaron???!!!
Tanya Cathy sambil menepuk pundak Syerrell.
“ He? Perasaan kamu saja mungkin. Aku dari dulu kan sudah begini. Soal studi banding sih memang benar, disana aku masih merasa asing. Lingkungan disana beda banget dengan disini. Jadi aku harus banyak-banyak belajar buat adaptasi di lingkungan mereka. Kalau soal Syaron, baik-baik aja kok. Komunikasi masih lancar. Jadi aku ga takut kangen segala.” Jawabnya sambil mengambil kertas dalam tasnya.
“ Kamu emang hebat Syei. Bangga deh aku sebagai temanmu. Maaf ya kalau tadi pertanyaanku ada yang nyinggung perasaanmu,” kata Chaty dengan penuh penyesalan.
“ Pertanyaan yang mana? Pertanyaanmu wajar saja menurutku. Santai aja lagi.
Nieh aku punya tiket buat konsernya My Chemical Romance nanti malam. Buat kamu.”
“ Buat aku?? Trus kamu?? Janganlah Syei, tiketnya kan mahal. VIP lagi. Ga ah Syei, aku ga punya duit buat ganti tiketnya. Kamu tahu sendiri kan, aku belum bayar SKS untuk bulan ini.”
“ Iya ini buat kamu. Gratis kok. Ga usah diganti segala. Ini yang beli juga bukan aku. Tapi Syaron. Aku dah bilang ama dia, kalau nanti malam aku ga bisa nonton. Jadi aku minta tolong ama kamu. Temenin dia ya?? Kamu bisa kan?”
“ Apa? Kenapa harus aku. Terus Tony?? Nanti kalau dia jelez gimana?”
“ Ya bertiga donk. Toni kan udah beli. Lagipula kalian bertiga kan sahabat. Jadi bukan menjadi suatu masalah kalian nonton bertiga. Aku udah bilang ke Tony dan dia ga masalah tuh nonton bertiga.”
“ Ya udah deh makasih banyak ya? Jawabnya lalu pergi ke kantin.
Sementara itu jam sudah menunjukkan pukul 10.00 dan aku sudah duduk manis di bangkuku dari jam 09.15 namun debatpun belum juga dimulai. Aktifis dari Trisakti belum juga datang. Maka sesaat kemudian penguji datang dan memberi sambutan pada tamu yang telah hadir.
“ Selamat pagi para hadirin yang terhormat. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.00, atas kesepakatan para senator maka debat untuk hari ini ditunda hingga waktu yang belum dapat dipastikan. Dikarenakan aktifis dan mahasiswa dari Universitas Trisakti berhalangan hadir. Atas kesalahan ini, kami selaku senator memohon maaf kepada para hadirin yang telah hadir di kesempatan ini.”
Selang beberapa detik setelah perwakilan senator menutup sambutan suasana debatpun menjadi ricuh. Ada yang saling melempari kertas dan berteriak-teriak sehingga membuat suasana semakin tak terkendali. Syerrellpun langsung manghilang pergi di tengah-tengah kericuhan di ruang debat. Hingga pada akhirnya mereka meninggalkan ruang debat dengan penuh kekecewaan.
Di lain tempat Syaron yang tengah menyetir mobil sambil memain-mainkan PDA nya dangan santai menuju kampusnya. Di parkiran mobil, dia bertemu dengan Syerrell yang terlihat berjalan mondar-mandir seperti menunggu-nunggu sesuatu. Kemudian Syaron datang menemuinya sambil berkata “ Syei…..!!! kamu lagi ngapain? Sejak kapan berada disitu?”
“ Nunggu jemputan. Ga lama kok, baru aja. Hari ini kamu kuliah ya? Mata kuliah apa?” Tanya Syerrell dengan polos.
“ Hari ini ada Mata kuliah dari Mr.Johnson. Mungkin hanya sedikit penalaran aja dari pembahasan kemarin yang di pending karena beliau ada kepentingan gitu. Kamu aku anterin pulang ya?”
“ Ga usah makasih. Tuh jemputannya dah datang. Aku pulang dulu ya?”
“ Ya udah deh hati-hati ya di jalan. “
Lalu mobil Syerrellpun pergi hingga akhirnya menghilang. Namun Syaronpun belum beranjak dari tempatnya dia berdiri. Dia masih saja menatap kearah mobil Syerrel menghilang. Tersadar ia dari lamunannya lalu menghampiri dan masuk dalam mobil mengejar mobil Syerrell. Belum begitu jauh mobil Syerrell pergi, di tengah perjalanannya pulang ternyata mobil Syerrell mogok. Ban mobilnya bocor, ketika melintasi Kemayoran. Di lain sisi, Syaron yang mengendarai mobil menyusul mobil Syerrell dari kejauhan dia melihat Syerrell yang kebingungan. Kemudian mobil Syaron berhenti tepat di belakang mobil Syerrell. Ia menghampirinya dan berkata,” Syei, mobil kamu kenapa?”
Dengan wajah yang berusaha menampakkan keceriaan yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. “Iya, bannya bocor terkena paku waktu lewat Kemayoran.”
“ Kamu bawa dongkrak ga? Ada ban gantinya? Sopir kamu tadi kemana?”
“ Itu dia dongkraknya ga dibawa. Trus parahnya ban gantinya ga ada. Kalau sopir aku lagi buang air kecil.”
“Aku panggilin bengkel punya Papaku ya?,kamu ga usah khawatir ntar aku yang antar kamu pulang. Tinggal aja mobilnya disini.”
“Ya. Makasih.” Jawabku apa adanya.
Kemudian Sharon mengambil hp dalam tasnya dan menelfon ayahnya. Terdengar lirih tentang pembicaraan Sharron dengan ayahnya dan tanpa sengaja Syerrell mendengar pembicaraan mereka.
“ Pa, mobil Syerrell mogok di Jl. Thamrin Kemayoran. Sekarang aku ama dia. Dan aku minta tolong ya Pa, suruh montir Papa buat benerin mobil Syerrell. Sekarang ya Pa. Jangan lama-lama.”katanya dengan penuh pengharapan.
“ Syei, kamu ga apa-apa kan nunggu bentar. Nanti montir Papaku mau kesini.”
“ Ya apa-apa kok. Tuh di depan ada tukang bakso. Makan yuk..? aku lapar banget. Aku yang traktir.”ajakan Syerrell dengan senyum kecil di wajahnya.
“ Boleh deh. Sambil nunggu montir ga ada salahnya juga.” Padahal di dalam hati Sharon terbesit pikiran bahwa tabu saja seorang Syerrell yang begitu menjaga makannya. Setahu dia sejauh pacaran dengan Syerrell belum pernah sekalipun mereka mencoba makan di pinggir jalan. Mereka selalu makan di restoran. Atau paling tidak mereka ga mau makan di pinggiran jalan,karena Syerrell menilai makanan yang dijual di pinggir jalan kurang terjamin kebersihannya. Dan baru sekaranglah mereka makan di pinggir jalan. Syerrell pula yang mengajak.
“ Sejak kapan Syei kamu berselera makan di pinggir jalan? Bakso lagi. Bukannya kamu ga suka makan makanan yang mengandung vitsinnya?”tanya Sharon sambil menuangkan saos dan kecap dalam mangkuk baksonya.
“ Sejak sekarang… ?! ya ga apa-apa lagi. Kenapa sih itu kan dulu? Kangen aja ama bakso sejak di Mellbourne aku ga pernah makan yang kayak begini. Disana ga ada yang jualan di pinggir jalan. Ha..ha..”
“ Betul juga ya. Disana kan ga ada somay kaya yang sekarang kamu makan?”
“Ha..ha..” mereka tertawa bersama. Baru sekarang Syerrell dan Sharon terlihat tertawa dengan begitu lepas. Jarang sekali akhir-akhir ini mereka bisa bercanda seperti sekarang. Karena sibuk dengan urusan masing-masing terlupalah waktu untuk berceria-ceriaan seperti ini.
“Share, sepertinya itu montir Papamu deh. Coba lihat, bener ga?”tanya Syerrell sambil telunjuk jarinya menunjuk ke arah montir yang berdiri di tepat samping mobilnya.
“Iya. Samperin yuk.”katanya dengan semangat.
Setelah Syerrell membayar baksonya kemudian menghampiri montir itu dan berkata “ Pak, apa benar anda montir di bengkelnya Sharon?”
“ Iya Mbak. Tadi waktu saya sampai disini, saya bertemu dengan sopir Mbak dan katanya dia pulang dulu karena ada telfon dari Ayah Mbak. Dan dia terburu-buru jadi ga sempat bilang ke Mbak.” Kata montir itu.
“Oow makasih ya.”
“Syei, ayo pulang mobilmu dah aman. Ayo naik ke mobilku.” Ajak Sharon.
“ Bentar dulu.”
“Pak, nanti kalau mobil saya udah beres tolong anterin sekalian kerumah saya ya? Sebelumnya terima kasih ya Pak?”
“ Baik Mbak.”
Syerrell naik ke mobil Sharon lalu beberapa saat kemudian dia menelfon sopirnya.
“ Pak Samy, kok saya ditinggal sendiri? Bapak kok tega sih ninggalin saya. Trus saya pulangnya gimana? Beruntung Sharon mau ngantar saya pulang. Kalau tidak,? Bapak ini gimana sih???”
“Maaf Mbak. Saya ga sengaja. Habisnya tadi ada Den Sharon, jadi saya berfikir pasti Den Sharon yang nganterin Mbak pulang. Sekali lagi saya minta maaf ya Mbak. Saya janji ga akan ngulangin lagi.”
“Ya udah ga apa-apa.” Jawab Syerrell dengan ketus sambil menutup hpnya.
“Ya udah lah Syei, jangan bete gitu. Kamu kan dah aku anterin pulang? Jangan salahin Pak Samy. Ya wajarlah kalau beliau ninggalin kamu. Kamu kan dah ama aku. Beliau kan dah tahu kalau kamu pacar aku. Jadi mungkin beliau berfikir malah nanati beliau ganggu kita.”
“ Emang kita kenapa? Trus apa hubungannya pacaran ama ban bocor??”
“ Ya ga ada lah Syei. Maksud aku bukan itu. Ya dah lah kalau kamu ga ngerti. Lupain aja.”

“ Akhirnya Share, nyampe rumah juga.” Kata Syerrell sambil melepas sabuk pengaman pada mobil Sharon. Belum sempat Sharon menjawab, Syerrell sudah mendahuluinya,” Share ga mampir? Aku buatkan sesuatu.” Kata Syerrell di sambil keluar dari dalam mobil.
“ Ga Syei, aku kembali saja ke kampus nemuin anak-anak. Tadi Tony sms aku kalau bentar lagi jam kuliah mau mulai.”
“ Aku balik dulu ya Syei. Hati – hati dirumah. Oh, iya nanti mobil kamu aku aja yang nganter.” Katanya sambil menutup kaca mobilnya.
“ Iya. Kamu juga hati-hati. Makasih ya.” Jawabnya sambil melambaikan tangan.
Sharon kemudian pergi dan menuju kampusnya.

♦♦

Pak Samy mondar-mandir di ruang Loby. Ia terus saja menatap arlojinya. Kiranya sudah lima belas menit dia menunggu bosnya. Entah tidak seperti biasanya ia harus menunggu lama seperti itu. Beberapa saat kemudian pintu lift terbuka dan Pak Ardhan keluar.
“ Sudah menunggu lama disini, Pak Sam?” tegur Pak Ardhan.
“ Tidak tuan, baru lima belas menit. Hari ini ada apa tuan, tidak biasanya pulang lebih awal?”
“ Tidak ada apa-apa. Tadi meeting dengan client ditunda. Jadi aku harus pulang untuk membenahi presentasi dirumah. Di kantor suntuk. Lagipula aku sudah lama sekali tidak bercanda dengan putriku. Baru pulang dari Melbourne belum minta oleh-oleh darinya.” Katanya sambil tersenyum.
“ Iya tuan. Maaf ya tuan, hari ini saya menjemput tuan tidak naik mobilnya Non Syerrell. Ketika saya menjemput Non Syerrell pulang,ban mobilnya bocor di Kemayoran. Dan sekarang berada di bengkelnya Den Sharon.” Kata Pak Samy dengan gelisah.
“ Terus Syerrell pulang naik apa?“
“ Diantar Den Sharon tuan. Untung saja tadi bertemu Den Sharon, jadi sekalian saja diantar pulang. Dan saat itu pula tuan menelfon saya untuk kesini. Lalu saya naik taksi saja.“
“ Tidak apa-apa. Ya sudah kalau begitu, kamu ambil mobil kantor yang ada di ruang parkir. Ini kuncinya.“
“ Baik tuan.“
♦♦

Di lain sisi Sharon yang sudah tiba di kampus mendapat telfon dari montirnya,“ Den mobilnya sudah beres. Diantar kerumah Non Syerrell atau ke bengkel saja?“
“ Bawa ke bengkel aja, ntar aku yang antar kerumah dia.“ Katanya sambil mengambil pulpen,dan lekaslah ia memutus telfonnya.
Pak Johnson memasuki ruangan. Mata kuliahpun dimulai. Suasana kelas sejenak hening. Semua mahasiswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh Pak Dosen.
“ Bagaimana ada yang keberatan dengan tugas ini?“tanya Pak Johnson sambil mengangkat kedua bahunya.
“ Instruksi ! Pak, kalau misalnya sampelnya itu dari diambil dari situs-situs internet boleh Pak? Kan lebih simpel.“ Tanya salah satu mahasiswa.
“ Boleh saja. Tapi nilai kamu C. Saya ingin kalian langsung interview pada individu yang bersangkutan. Lebih real mana?“ tawar Pak Dosen.
“ Jangan lupa ya, nanti presentasinya dimasukkan sekalian foto kalian dengan pemilik / pengusaha industri itu. Terima kasih ya. Selamat sore.“ tambahnya sambil berlalu meninggalkan ruangan.
“ Tuh orang emang ada-ada aja ya maunya. Nie kan dah global. Ga jamannya lagi kale masih ngandalin cara yang manual segala. Pake disuruh nyantumin foto lagi? Download aja kale fleksibel.“ Gerutu Chaty.
“ Lha kamu mau nilai bagus ga? Mau dimudahin skripsinya ga? Malah asik lagi kalau interview gitu. Kita bisa langsung tahu keadaan petani-petani di Indonesia. Apa problem-problem mereka, bantuan apa yang sudah mereka peroleh dari pemerintah. Belum tentu lagi kalau di Internet itu ada semua. Yang ada di Internet itu cuma yang umum aja. Belum tentu mencakup seluruhnya.” Kata Sharon.
“ Ah debat ama kamu, aku ga akan pernah bisa menang. Iya iya Den Sharon putra kesayangannya Mr.Johnson, aku mengaku kalah.” Sindir Chaty dengan tersenyum.
“ Terserah kamu deh. Jelasnya aku adalah putranya Adithya Nasution dan April Nasution. Ha...ha...”jawabnya sambil meninggalkan ruangan bersama kerumunan mahasiswa.

♦♦

Malam harinya Sharon datang kerumah Syerrell untuk mengantar mobil Syerrell.
Dari dalam kamar Syerrell ia melihat Sharon yang keluar dari dalam mobilnya. Ia tersenyum dan segera turun dari kamarnya dan membukakan pintu untuk pacarnya. Terdengar bel berbunyi dan segera Bik Ijah membukakan pintu. Namun belum sempat ia memegang gagang pintu, Syerrell sudah meraih tangannya “ Jangan Bik, biar aku yang buka. Yang datang tamu aku kok. Oh ya, nanti jangan buat minum segala ya? Biar aku aja sekalian.“ Kata Syerrell dengan cepat.
“ Baik Non.“ Jawab Bik Ijah sambil berlalu menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam.
“ Malam Say? Kok dah datang? Yuk masuk.“ tanyanya sambil berdiri di depan pintu.
“ Malam juga Say. Iya soalnya nanti kan ada konser? Kamu jadi ga ikut?“ kata Sharon sambil berjalan menuju sofa.
“ Silakan duduk. Iya bener aku ga jadi ikut. Malam ini aku harus menemani ortu untuk acara Ulangtahun Nancy sepupu aku. Kamu mau minum apa?“ katanya sambil berdiri.
“ Oh gitu. Red Wine ada???“jawabnya dengan canda ringan.
“ Ga ada. Seperti biasanya aja ya? Kalau mau Red Wine di Bar sana.“jawabnya dengan senyum kecil.
Mendengar pembicaraan di ruang tamu, Mama Syerrellpun turun. Dia melihat tamunya dan menghampiri Sharon. “ Eh kamu tha Share yang datang? Kok ga telfon Mama dulu. Kan Mama bisa masakin makanan buat kamu.“tanya Mama Syerrell sambil berjalan turun dari tangga.
“ Makasih Ma. Sharon dah makan dirumah. Lagi pula Sharon ga lama kok. Bentar lagi mau nonton konser. Ini tadi juga ngantar mobilnya Syerrell dari bengkel.“jawab Sharon
“ Ya udah kalau gitu. Mama ke atas dulu ya?“kata Mama Syerrell.
“ Iya Ma.“
“Maaf ya Share lama. Abisnya air di kulkas abis. Jadi ngambil dulu di dispenser belakang.“ Kata Syerrell
“ Ah ga apa-apa kok.“jawabnya santai.
Terasa getar hp di dalam saku celana Sharon. Sepertinya ada telfon.“ Share loe dimana? Buruan dong dah rame nih. Setengah jam lagi konsernya mulai. Ntar penuh ga dapet kursi. Loe tuh ditunggu lama banget sih?“celoteh Tony
“ Gue dirumah Syerrell. Iya iya cerewet aku nyusul.“jawabnya sambil memutus telfon.
“Dari siapa? Dari Tony ya? Buruan sana kasihan mereka kelamaan nunggu kamu.“canda Syerrell
“ Iya. Biarin aja. Aku sebenarnya juga males kok nonton konser kalau kamu ga ada. Kaya ada yang kurang. Ya dah deh aku nyusul mereka ya? Kamu hati-hati. Titip salam ke Pa and Ma.“
“Iya. Kamu hati-hati juga. Salam juga buat Chaty and Tony maaf aku ga bisa nemenin kalian.“
Sharon keluar dari dalam rumah dan segera ia berjalan menuju pintu gerbang. Beberapa saat ketika itu Syerrell berfikir sejenak. “Share kamu kesananya naik apa? Aku anterin ya?“teriak Syerrell pada Sharon yang sudah berada di depan pintu gerbang.
“Makasih. Ga usah aja Syei, aku naik taksi.“jawabnya dengan lekas pergi meninggalkan Syerrell.
••
“Mana sih nih anak lama banget deh?! Cape’gue nunggu. Masuk aja dulu yuk.“ Ajak Tony.
“ Sabar dong..bentar lagi juga datang. Tadi kan dia udah bilang. Bentar lagi ya?“seru Chaty.
Di lain sisi Sharon yang berada didalam taksi menyeru agar si sopir taksi untuk mempercepat laju mobilnya. “Pak, lebih ngebut dikit ya? Konsernya mau mulai.“
“Baik Mas. Tapi ini sudah batas maksimal.“
“Pak, cepet dikit dong. Kalau gitu saya aja yang nyetir.“
“Jangan Mas. Baik-baik kalau gitu.“kata sopir itu sambil menginjak gas mobil lebih cepat lagi.
Namun ketika melintasi Cilandak, tanpa sengaja sopir itu menyerempet seseorang yang menyeberang jalan.
Siiiiiiiit......suara rem berbunyi begitu keras. Rupanya rem tidak terlalu pakem untuk menghindari kecelakaan itu. Dan akhirnya taksi itu menyrempet seorang wanita.
“Hati-hati Pak ! gimana sih.“
“Maaf Mas.“
Kemudian Sharon turun dari mobil dan menolong wanita itu.
“Ya ampun..Mbak ga apa-apa?“
“ Ga apa-apa gimana? Ga lihat ya !! Makanya nyetir tuh yang bener dong !!!! “jawab wanita itu sambil memijat kakinya yang sakit.
“ Kalau gitu saya minta maaf Mbak. Saya anter ke rumah sakit dulu ya? Biar Mbak diperiksa.Saya yang telah menabrak Mbak. Jadi sudah menjadi tanggungjawab saya.“
“ Ga usah. Loe aja ndiri yang ke rumah sakit. Periksain tuh mata loe biar ga nabrak orang lagi !!!!! biar bener kalo nyetir !!!!“ jawab wanita itu sinis.
Beberapa saat setelah wanita itu mampu berdiri, dengan berjalan sempoyongan dia pergi sambil ngomel-ngomel sendiri.
Sharon kemudian masuk lagi ke dalam taksi.“Pak , tadi kan sudah saya bilang saya aja yang nyetir. Kan ga nabrak orang. Bapak itu kalau belum pernah ngebut, jangan mau saya paksa ngebut.“katanya di dalam taksi.
“ Iya.“
••
Dari kejauhan tampak Sharon berlarian menuju temannya.
“Maaf ya dah nunggu lama. Tadi aku nabrak orang.“kata Sharon dengan penuh penyesalan.
“Oh ya???! Hah..udah dah pake banyak alesan. Ga penting loe mau nabrak orang kek, nabrak kucing kek. Buruan masuk.“ kata Tony dengan cemberut.
Dan konser telah berlangsung.

••
“Tok..tok...!!“ bunyi ada orang yang mengetok pintu.
Kemudian Nenek Ratih membukakan pintu. Nampaknya Sakura yang sedang berdiri di depan pintu. Dengan terkejutnya nenek itu berkata,“ Ya Tuhan, kamu kenapa Ra? Kok luka-luka begini?“
“Tadi aku ketabrak taksi Yang. Untungnya aku ga apa-apa, Cuma luka ringan aja.“kata Sakura sambil mengelus-elus lengannya.
“ Tidak apa-apa gimana? Orang kamu jalannya aja sempoyongan gitu. Kamu diantar ga ke rumah sakit? Emang yang nabrak siapa?“ kata Eyang sambil menuju dapur untuk mengambil obat dan handuk hangat.
“Ga tahu Yang. Aku sih nyebrang emang ga lewat jembatan penyeberangan. Tadi asal nyebrang aja. Abisnya jalan tuh dah lumayan sepi, tapi kok tiba-tiba dari arah yang berlawanan muncul taksi yang ngebut banget dan ga tahunya nyrempet aku. Ya udah gini deh jadinya.
Si penebrak itu emang sempet nawarin aku buat nganterin ke rumah sakit. Tapi akunya aja yang ga mau. Sebel aja Yang. Dah ya Yang, aku mandi dulu.“jawabnya dengan berlalu menuju kamar mandi.
“ Ra..Ra..jadi gadis mbok ya sabar. Nanti kalau dah selesai mandi, makan dulu sama Eyang dibawah. Ada yang mau Eyang bicarain.“kata Eyang dengan suara yang lebih keras.
“Ra..ini makannya dah siap. Ayo turun.“kata Eyang.
“Ya yang bentar. Nih lagi turun.“jawabnya sambil berjalan menuju tangga.
“ Gimana tadi soal surat pengajuan areal persawahan Opamu di daerah Cibubur? Diterima ga?“tanya Eyang sembari mengambil nasi.
“Masih dalam proses yang. Mudah-mudahan aja disetujui. Kalau tidak, Opa pasti marah?“jawabnya dengan senyum.
“Eyang ingin pulang saja ke Cibubur. Nemenin Rian. Kasihan dia sendiri di rumah yang sebesar itu. Orang tuanya
••
Esok harinya Sharon nampak sibuk di dalam kamarnya. Sibuk membersihkan kertas-kertas yang berserakan, dan beberapa putung rokok yang penuh dalam asbak. Sambil sibuk beberes kamar, ia bergumam sendiri, “Dimana ya aku nyari narasumbernya? Ngumpulinnya minggu depan lagi. Haduh gimana ya jaman sekarang di Jakarta mana ada lahan pertanian?“
“Ton, loe dah punya materi ga buat Mr.Johnson?“katanya ketika menelfon Tony.
“Ya udah lah. Aku kan masih punya kakek yang sekarang tinggal di daerah perkebunan teh Bogor. Bentar lagi nih aku mau berangkat kesana. Emang kenapa loe belum punya ya?“sindirnya
“ Iya. Kira – kira dimana ya?